Contoh Tugas MAKALAH BAHASA INDONESIA



TUGAS BAHASA INDONESIA
Gerakan Literasi Sekolah




SMPN 2 MOJOAGUNG




KATA PENGANTAR 
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-NYA, sehingga kami penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Tidak lupa shalawat serta salam selalu kita curahkan kepada junjungan kita Nabi agung Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya di jalan yang benar. 

Saya ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu dalam penyusunan makalah ini. Makalah ini kami susun berdasarkan tugas dari sekolah, Mata Pelajaran Bahasa Indonesia yang berjudul Gerakan Literasi Sekolah. Makalah ini bersisi tentang latar belakang, program peningkatan, dan rencana sekolah melek literasi.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khusunya para remaja. Penyusun juga meminta maaf apabila banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Mojoagung, 11 Februari 2017



















                                                                               
DAFTAR ISI 
KATA PENGANTAR ……………………………….…………………………………………………1
DAFTAR ISI ……………………………….……………………………………………………………….2
BAB I PENDAHULUAN ……………………………….……………………………………………..
A. Latar Belakang ……………………………….………………………………………………………3
B. Permasalahan ……………………………….……………………………………………………….3
C. Tujuan Dan Manfaat ……………………………….…………………………………………….4

BAB II PEMBAHASAN ……………………………….……………………………………………….
A. Program Peningkatan ……………………………….…………………………………………..5
B. Rencana Sekolah Melek Literasi ……………………………….………………………...5

BAB III PENUTUP ……………………………….………………………………………………………..
Kesimpulan ……………………………….…………………………………………………………………….9
Saran ……………………………….………………………………………………………………………………9
DAFTAR PUSTAKA ……………………………….………………………………………………………9















BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Literasi merupakan sebuah kata yang sering kita dengar akhir- akhir ini. Kata literasi ramai diperbincangkan orang dalam kaitannya dengan banyak hal, seperti membaca, menulis, komputer, iptek, budaya, politik, teknologi, lingkungan, dll. Hal ini tak lepas dari makna literasi itu sendiri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI Daring), literasi dapat dimaknai: 1) kemampuan menulis dan membaca; 2) pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu; dan 3) penggunaan huruf untuk mempresentasikan bunyi atau kata.
Dalam makna yang pertama, literasi adalah kemampuan menulis dan membaca. Bagaimana kemampuan menulis dan membaca peserta didik Indonesia? Sebagaimana kita ketahui, Indonesia menduduki peringkat bawah dalam studi PISA terkait dengan kemampuan membaca dan menulis. Rendahnya kemampuan membaca dan menulis merupakan suatu hal yang menjadi keprihatinan bersama, karena kemampuan membaca dan menulis merupakan keterampilan yang diperlukan dalam era global ini. Dibutuhkan terobosan untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis adalah melalui Gerakan Literasi Sekolah. Gerakan Literasi Sekolah merupakan salah satu hal yang dimuat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Dalam permendikbud tersebut, kegiatan membaca buku non pelajaran merupakan sebuah kegiatan yang perlu dilakukan minimal 15 menit setiap hari. Melalui kegiatan literasi diharapkan kemampuan membaca dan menulis siswa Indonesia meningkat.  Kemampuan membaca dan menulis akan meningkat ketika kegiatan membaca dan menulis menjadi budaya dalam lingkungan sekolah. 
B.    Permasalahan
Rendahnya kemampuan membaca dan menulis tak lepas dari budaya masyarakat. Data UNESCO menunjukkan tingkat membaca orang Indonesia hanyalah 0,001 (Republika, 2015), artinya dari 1.000 orang hanya ada 1 orang yang berminat membaca. Sebuah angka yang menunjukkan rendahnya minat baca orang Indonesia. Hal ini selaras dengan fenomena di lapangan yang menunjukkan bahwa orang lebih menyukai menonton televisi, ngobrol, menggosip, atau bermain gadget ketimbang membaca atau menulis. Kegiatan literasi belum menjadi budaya.  
Permasalahan yang sering  dijumpai adalah minat baca rendah, minat menulis rendah, kemampuan membaca rendah, kemampuan menulis rendah, partisipasi warga sekolah kurang, warga sekolah belum memahami mengenai gerakan literasi sekolah, dan guru belum memahami tindakan apa yang perlu dilakukan untuk mewujudkan sekolah melek literasi.

C.   Tujuan Dan Manfaat
Bagaimana caranya menjadikan kegiatan literasi sebagai budaya? Upaya menjadikan kegiatan literasi sebagai budaya dapat dimulai dari sekolah. Sekolah Melek Literasi adalah sekolah yang mengembangkan budaya literasi (membaca dan menulis). Dalam mewujudkan sekolah melek literasi dibutuhkan tindakan-tindakan untuk membiasakan kegiatan membaca dan menulis menjadi sebuah budaya.










BAB 2
PEMBAHASAN
A.    Program Peningkatan
Satria Dharma (2015) dalam paparannya menyampaikan ada 4 faktor penting dalam menumbuhkan budaya baca bangsa, yaitu adanya penggerak literasi, adanya alokasi waktu untuk membaca secara khusus, tersedianya buku-buku bacaan, dan adanya program baca. Dalam rangka menumbuhkan budaya literasi di sekolah, keempat faktor yang disampaikan Satria Dharma ini penulis tarik ke lingkup yang lebih luas, yaitu membaca dan menulis. Sebagai kepala sekolah, penulis menempatkan dirinya dan guru-guru sebagai penggerak literasi sekolah, menyediakan alokasi waktu untuk membaca dan menulis secara khusus, menyediakan buku-buku bacaan, dan mengadakan program baca dan tulis
Gelis Batuk merupakan program peningkatan kemampuan literasi peserta didik melalui Gerakan Literasi Sekolah Baca Tulis Karya, dengan reward hasil karya terbaik dipublikasikan oleh sekolah dalam bentuk buku kumpulan karya. Gelis Batuk dilaksanakan dengan manajemen partisipatif, kepala sekolah menggunakan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran dengan melibatkan berbagai unsur.
Gelis Batuk diimplementasikan di sekolah dengan melibatkan segenap warga sekolah, dengan dukungan dari orang tua/wali, komite sekolah, perpustakaan sekolah, Perpustakaan dan Arsip Daerah, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, dan Kepala Daerah (Walikota dan Wakil Walikota), serta dengan dukungan pembiayaan dari dana BOS.
B.    Rencana Sekolah Melek Literasi
Upaya mewujudkan sekolah melek literasi melalui implementasi Gelis Batuk dilakukan dengan prosedur tindakan: penguatan perpustakaan sekolah, membentuk tim literasi, sosialisasi ke seluruh warga sekolah, pelaksanaan gerakan literasi sekolah, evaluasi secara berkala, dan pemilihan karya terbaik.
1.     Penguatan Perpustakaan Sekolah
Tindakan pertama adalah penguatan perpustakaan sekolah yang diharapkan sebagai garda terdepan dalam mendukung terlaksananya kegiatan literasi sekolah. Penguatan perpustakaan sekolah dilakukan melalui pemenuhan fasilitas sarana prasarana pendukung dan penambahan koleksi bahan bacaan. Sekolah mengalokasikan lebih dari 5% dana BOS untuk perpustakaan sekolah. Sarana prasarana seperti tempat baca yang representatif, komputer untuk pengunjung, software absensi pengunjung, scanner pembaca barcode, AC, dan ruang kepala perpustakaan ditambahkan. Sekolah juga menyediakan gazebo sebagai tempat membaca yang nyaman di luar ruang perpustakaan.  Penambahan koleksi bahan bacaan dilakukan dengan membeli dan menerima donasi. Pembelian buku bacaan menggunakan dana BOS. Sekolah membuka kesempatan kepada warga sekolah untuk donasi buku. Dari hasil donasi buku dari orang tua tercatat sejumlah 767 judul buku. Gerakan donasi buku juga dilakukan oleh guru/karyawan secara insidentil, tercatat 253 judul buku sumbangan dari guru/karyawan.  Sekolah menjalin kerja sama dengan Perpustakaan dan Arsip Daerah (Persipda) dalam pembinaan petugas perpustakaan sekolah dan penyediaan bahan bacaan. Persipda memberi fasilitas mobil perpustakaan keliling yang datang seminggu sekali ke sekolah. Persipda juga memberikan bantuan sebanyak 15 buku saat gerakan donasi buku dilakukan.
2.      Membentuk Tim Literasi
Kepala Sekolah membentuk Tim Literasi Sekolah, yang beranggotakan kepala perpustakaan sekolah, guru bahasa (baik bahasa Indonesia, Jawa, maupun Inggris), dan guru seni budaya. Tim Literasi Sekolah bertanggung jawab merancang kegiatan literasi sekolah yang akan dilakukan, memantau pelaksanaan kegiatan literasi, melakukan evaluasi, dan memproduksi buku kumpulan karya literasi. Dalam pelaksanaan tugasnya, tim literasi sekolah bekerja sama dengan wali kelas. 
3.     Sosialisasi Ke Selruruh Warga Sekolah
Sebelum Gerakan Literasi Sekolah dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan sosialisasi untuk mengenalkan literasi sekolah. Sosialisasi dilakukan kepada segenap warga sekolah, mulai dari orang tua, peserta didik, guru, karyawan, dan komite sekolah dengan mengundang Walikota, Wakil Walikota, dan Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah. Kehadiran Walikota dan Wakil Walikota pada kegiatan ini sebagai bentuk dukungan dari Pemerintah Kota pada upaya sekolah meningkatkan kemampuan membaca dan menulis.
Setelah selesai paparan mengenai Gerakan Literasi Sekolah, sekolah meluncurkan Gerakan Literasi Sekolah. Sebuah gerakan yang benar-benar merupakan gerakan karena inisiatif berasal dari sekolah sendiri, bukan karena piloting atau tunjukan dari atas.
4.     Menjalankan Kegiatan Literasi
Untuk menjadikan literasi sebagai budaya maka Gelis Batuk (Gerakan Literasi Sekolah Baca Tulis Karya) dilakukan secara rutin dan insidentil. Kegiatan rutin dilaksanakan dalam bentuk Literasi Membaca dan Literasi Menulis. Kegiatan Insidentil berupa Lomba Menulis. Kegiatan literasi tercantum dalam jadwal pelajaran. Literasi Membaca dilaksanakan pada hari Selasa, Rabu, Kamis, dan Sabtu selama 15 menit pada awal pelajaran (sebelum jam pertama). Literasi Menulis dilaksanakan hari Senin dan Jumat, tidak terjadwal secara khusus, memanfaatkan jeda waktu setelah upacara dan Jumat Sehat. Dalam melaksanakan kegiatan literasi, peserta didik mencatat kegiatannya dalam jurnal literasi. Pada Literasi Membaca, peserta didik menulis rangkuman bacaannya. Pada Literasi Menulis, peserta didik bebas untuk menulis apapun, sesuai dengan kemampuan peserta didik, boleh berupa status singkat, kata mutiara, puisi, karangan bebas, ataupun sekedar tulisan curhat. Pada Literasi Menulis dihasilkan karya
Pengajar jam pertama bertugas untuk memastikan peserta didik melakukan kegiatan literasi. Guru memberikan tanda tangan atau paraf pada jurnal literasi. Buku bacaan non pelajaran yang dibaca oleh siswa dapat membawa dari rumah atau meminjam dari perpustakaan sekolah atau perpustakaan keliling dari Persipda. 
Baik buku jurnal literasi maupun buku bacaan diletakkan di rak yang disediakan sehingga seluruh guru yang masuk ke kelas dan penghuni kelas dapat memeriksa dan mengontrol kelayakan buku yang dibaca oleh peserta didik
5.     Evaluasi Secara Berkala
Buku jurnal literasi milik peserta didik diperiksa secara berkala oleh wali kelas dan guru Bahasa Indonesia. Wali kelas memastikan peserta didik melengkapi jurnal literasinya. Guru Bahasa Indonesia memeriksa dan memberi masukan pada tata tulis maupun tata bahasa.  Evaluasi juga dilakukan terhadap kelayakan buku bacaan non pelajaran. Hasil pengamatan guru dan peserta didik terhadap buku bacaan pada kegiatan literasi. Keterlaksanaan kegiatan literasi sekolah dievaluasi pula dalam rapat dewan guru.
6.     Pemilihan Karya Terbaik
Wali kelas dan atau guru mata pelajaran bahasa memeriksa dan memilih karya-karya terbaik dari peserta didik. Karya terbaik peserta didik baik dari kegiatan literasi rutin maupun insidentil dikumpulkan dalam bentuk buku. Pemberian reward berupa publikasi buku kumpulan karya literasi. Ongkos cetak buku dibiayai dari dana BOS. 















BAB 3
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Program Gelis Batuk dapat meningkatkan minat baca, meningkatkan minat menulis, meningkatkan kemampuan membaca, meningkatkan kemampuan menulis, partisipasi warga sekolah meningkat, warga sekolah memahami gerakan literasi sekolah, dan guru memahami tindakan apa yang perlu dilakukan untuk mewujudkan sekolah melek literasi
B.    Saran
-         program ini harus dapat terus berlangsung dan meluas di lingkungan keluarga warga sekolah.
-         Dukungan dan partisipasi segenap warga sekolah dan masyarakat sangat diperlukan dalam keberlangsungan program ini, sehingga literasi dapat menjadi budaya masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
1. Dharma, Satria. 2015. Penumbuhan Budi Pekerti dan Pengembangan Budaya Literasi. Makalah disajikan dalam Seminar Parenting dan Peluncuran Gerakan Literasi Sekolah, SMP Negeri 10 Salatiga, 19 Desember 2015.
2. Direktorat PSMP. 2016. Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Kemdikbud.
3. KBBI Daring. (Online). (http://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Literasi, diakses 16 November 2016).
 4. Kemdikbud. 2015. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Jakarta: Kemdikbud.
5. Republika. 2015. Minat Membaca. (Online). (http://www.republika.co.id/ berita/koran/opini-koran/15/02/27/nkf7k917-minat-membaca, diakses 16 November 2016).

Komentar

Postingan Populer